Pendahuluan
Keberadaan Freemasonry dan Teosofi di Indonesia bukanlah hal baru. Sejarah mencatat bahwa kedua gerakan ini telah hadir di Nusantara sejak abad ke-18 dan 19. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap fakta sejarah tentang pengaruh Freemasonry dan Teosofi terhadap pembentukan elit modern Indonesia, bagaimana doktrin dan propaganda mereka disebarkan, serta bagaimana respon dan perlawanan yang muncul dari kelompok Islam.
Freemasonry: Jaringan Politik Internasional
Freemasonry merupakan organisasi persaudaraan rahasia dengan jaringan internasional yang memiliki pengaruh politik kuat. Bukti keterlibatan Freemasonry di Indonesia terlihat pada Kongres Pemuda Indonesia pertama tahun 1926. Kongres ini diselenggarakan di depan gedung Freemasonry atau yang dikenal dengan Loji Bintang Timur.
Beberapa tokoh penting yang tercatat sebagai anggota Freemasonry antara lain Tabrani, seorang aktivis Teosofi dan Freemasonry, serta Dr. Rajiman Wedyodiningrat, yang memimpin sidang BPUPKI.
Pengaruh Freemasonry di Indonesia sangat signifikan, terutama dalam sistem pemerintahan, pendidikan, dan perekonomian. Mereka mendekati para elit dan calon pemimpin bangsa, seperti mereka yang bersekolah di Belanda, untuk menyebarkan ideologi mereka.
Salah satu contohnya adalah Paku Alam V dan Paku Alam VII yang tercatat sebagai anggota Freemasonry. Bahkan, ketika Paku Alam VII meninggal, perwakilan Freemasonry internasional datang untuk memberikan penghormatan.
Teosofi: Gerakan Pemikiran dan Agama
Teosofi adalah gerakan pemikiran dan keagamaan yang bertujuan untuk mempersatukan semua agama dalam kesatuan kemanusiaan. Doktrin utama Teosofi meliputi humanisme, pluralisme, kesatuan Tuhan (Unity of God), dan kesatuan agama (Unity of Religion).
Tokoh-tokoh penting Teosofi yang berpengaruh di Indonesia antara lain Helena Petrovna Blavatsky, Henry Steel Olcott, Charles Webster Leadbeater, dan Annie Besant. Mereka datang ke Indonesia dan menyebarkan doktrin Teosofi melalui berbagai cara, seperti mendirikan sanggar, menerbitkan majalah, dan mendekati tokoh-tokoh berpengaruh.
Pengaruh Teosofi di Indonesia terlihat dari penyebaran paham humanisme dan pluralisme yang melemahkan keyakinan agama dan membentuk konsep agama kemanusiaan. Propaganda mereka menekankan bahwa semua agama sama dan yang terpenting adalah menjadi orang baik, tanpa perlu menjalankan syariat.
Teosofi juga dianggap sebagai cikal bakal gerakan liberalisme di Indonesia. Mereka menolak formalisasi syariat Islam dan menganggap hukum Islam bertentangan dengan martabat manusia.
Perlawanan dari Umat Islam
Munculnya perlawanan dari umat Islam terhadap pengaruh Freemasonry dan Teosofi di Indonesia ditandai dengan lahirnya organisasi-organisasi Islam, seperti Syarikat Islam dan Muhammadiyah.
Syarikat Islam didirikan untuk membentengi umat Islam dari upaya perusakan akidah dan memajukan rakyat Indonesia secara nasional.
Sementara itu, Muhammadiyah didirikan sebagai bentuk perlawanan terhadap maraknya sekolah-sekolah Freemasonry yang bercorak netral agama.
Tokoh-tokoh Islam seperti HOS Tjokroaminoto memimpin perlawanan terhadap pelecehan terhadap Islam yang dilakukan oleh kelompok Freemasonry dan Teosofi, seperti yang terjadi pada kasus pelecehan terhadap Nabi Muhammad yang dimuat di koran Jawi Hisworo.
Penutup
Freemasonry dan Teosofi terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap elit modern Indonesia. Sejarah mencatat bagaimana mereka mempengaruhi sistem pemerintahan, pendidikan, dan pemikiran bangsa.
Penting bagi kita untuk mempelajari sejarah dan memahami pengaruh gerakan-gerakan tersebut agar dapat waspada terhadap propaganda mereka yang masih ada hingga saat ini. Walaupun gerakan Freemasonry dan Teosofi di Indonesia saat ini tidak semasif dulu, namun ideologi dan nilai-nilai yang mereka sebarkan masih dapat ditemukan dalam berbagai bentuk.